Rabu, 29 September 2010

Pesisir

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

http://esthernbbn.files.wordpress.com/2008/12/pesisir1.jpg

STUDI KASUS EKOSISTEM MANGROVE DI PALABUHAN RATU KAB. SUKABUMI

Benny Yohanes 230210080027

Josua Leo Petra 230210080005

Universitas Padjajaran

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi Ilmu Kelautan

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI PALABUHAN RATU

Wilayah Kabupaten Sukabumi berada pada posisi 6057’-7025’ Lintang Selatan dan 106049’-107000’ bujur timur. Dengan batas wilayah di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Kabupaten Cianjur di sebelah Timur, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Dari letaknya yang berada di pantai selatan Pulau Jawa, membuat Teluk Palabuhan Ratu ini berhubungan langsung dengan Samudera Hindia sekaligus menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai.

Karakteristik umum oseanografi wilayah pesisir Sukabumi adalah kondisi Samudera Hindia, dengan ciri batimetri laut dalam, berombak besar dan keadaan arus yang dipengaruhi oleh pasang surut, angin, densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Jika dilihat dari segi karakteristik umum oseanografi wilayah pesisir Sukabumi ini, sangatlah dibutuhkan peran sumberdaya hayati seperti mangrove dan terumbu karang, mengingat fungsi sumberdaya hayati tersebut sangatlah berarti dalam melindungi daerah pesisir pantai Sukabumi dari abrasi laut.

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ada di Kabupaten Sukabumi adalah jenis Xylocarpus sp, Heritiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp.

A. Akar papan (banir)

Pada Xylocarpus granatum dan Heritiera akar horizontal tumbuh melebar ke atas membentuk akar pipih seperti papan. Bagian vertikal berguna untuk aerasi dan berpijak di tanah lumpur (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

B. Akar pasak

Pada Avicennia dan Sonneratia, pneumatofora merupakan cabang tegak dari akar horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada Avicennia bentuknya seperti pensil atau pasak, umumnya hanya setinggi 30 cm, sedangkan pada Sonneratia dapat membentuk massa kayu setinggi 3 m, kebanyakan setinggi 50 cm (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

C. Akar penyangga (sangga)

Pada Rhizophora akar panjang dan bercabang-cabang muncul dari pangkal batang. Akar ini dikenal sebagai prop root dan pada akhirnya akan menjadi stilt root apabila batang yang disangganya terangkat hingga tidak lagi menyentuh tanah. Akar ini memiliki pangkal yang luas untuk aerasi dan bertahan di lumpur (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

D. Akar lutut

Pada Bruguiera akar horizontal tumbuh sedikit di bawah permukaan tanah, dan secara teratur dan berulang-ulang tumbuh ke atas lalu kembali ke bawah, sehingga berbentuk seperti lutut yang ditekuk. Bagian di atas tanah (lutut) untuk aerasi dan bertahan di lumpur. (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

Mangrove tumbuh subur di wilayah pesisir pantai Sukabumi. Seperti keterangan diatas salah satu karakteristik oseanografi Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh masukan air muara sungai. Hal ini menandakan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi bersubstrat lumpur-berpasir. Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara sungai dan substrat ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove.

Hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi tersebar di sepuluh kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir, yakni; Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhan Ratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cikepuh Pangumbahan, Cibitung dan Tegal Buleud. Adapun kecamatan yang secara administrasi berbatasan dengan Teluk Palabuhan Ratu diantaranya terdiri dari 5 kecamatan, yakni; Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhan Ratu, Cikepuh Pangumbahan dan Simpenan. Namun potensi koloni hutan mangrove yang terbesar hanya terdapat di kecamatan Cikepuh Pangumbahan, sedangkan di kecamatan lainnya hanya bersifat setempat dengan jumlah pohon mangrove yang sedikit.

ALIRAN ENERGI DAN RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM MANGROVE


Dalam ekosistem mangrove terjadi rantai makanan/aliran energy dan siklus biogeokimia. Daun tumbuhan mangrove (substrat padat) dan fitoplankton (substrat perairan), sebagaimana semua tumbuhan hijau, menggunakan sinar matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersama-sama dengan nutrien (Karbon, Nitrogen, Phosfat) yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk tumbuhan. Siklus energi ini secara berantai menjadikan suatu proses makan memakan pada rantai makanan. Berikut ini akan dijabarkan secara terperinci rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove;

1. Produsen

Produsen pada mangrove diduduki oleh tumbuhan hijau (substrat padat) dan fitoplankton (substrat perairan) sebagai sumber energi utama (produsen) pada ekosistem mangrove. Tumbuhan hijau dan fitoplankton ini menempati posisi terbawah dan pertama dalam trofik rantai makanan.

2. Konsumen Tingkat Rendah

Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivor yang menempati Konsumen Tingkat Rendah. Konsumen Tingkat Rendah diduduki oleh binatang-binatang averterbrata, contoh; cacing pada substrat padat dan zooplankton pada substrat perairan.

3. Konsumen Tingkat Sedang

Rantai pemangsa Konsumen Tingkat Sedang diduduki oleh hewan yang bersifat karnivor. Konsumen Tongkat Sedang ini berlangsung pada jenis insekta, udang, kepiting, dan ikan.

4. Konsumen Tingkat Tinggi

Rantai pemangsa Konsumen Tingkat Tinggi diduduki oleh manusia yang memanfaatkan ekosistem dari mangrove atau hewan yang bersifat karnivor seperti burung, dan ikan besar.

Tingkatan-tingkatan konsumer pada kedua substrat pada umumnya diurutkan berdasarkan kebiasaan makan dan ukuran dari organisme konsumen. Rantai makanan pada mangrove dipengaruhi oleh kedua substrat yang berlainan pada mangrove tersebut. Tidak menutup kemungkinan peristiwa rantai makanan terjadi pada karnivor substrat padat memakan karnivor substrat perairan ataupun sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik.

Referensi Bacaan:

Anonim. 2010. Rantai Makanan Mangrove. http://www.scribd.com/doc/21375964/Rantai-Makanan-Mangrove.

Anonim. 2010. Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. http://komitmenku.files.wordpress.com/2008/06/20040123-karakteristik-sumberdaya-pesisir-dan-laut-kawasan-teluk-palabuhanratu-kabupaten-sukabumi.pdf

Anonim. 2010. Habitat Reliks Vegetasi Mangrove di Pantai Selatan Jawa. http://www.unsjournals.com/D/D0302/D0302pdf/D030206.pdf

Selasa, 28 September 2010

Download Landsat Secara Gratis

Gratis adalah semacam kata magis yang diinginkan semua orang jika memungkinkan. Memiliki data GIS secara gratis juga merupakan salah satu kegiatan hunting yang sering dilakukan oleh praktisi GIS. Bagaimana dengan Citra Landsat gratis? Selain data SRTM, Citra Landsat gratis adalah terobosan yang besar dalam mengurangi pembatas distribusi data GIS. Hampir semua orang tahu bahwa Landsat sudah dapat didownload secara gratis. Tapi kiranya tidak semua orang tahu step-by-step caranya. Berikut ini adalah salah satu cara mendownload Citra Landsat secara gratis di website WIST.

1. Kunjungi https://wist.echo.nasa.gov/~wist/api/imswelcome/

2. Enter WIST

3. Login. Jika belum memiliki akun, silakan register.

Mungkin anda bisa juga sekarang register di http://edcsns17.cr.usgs.gov untuk mendownload citra Landsat.

4. Di blok kategori, pilih By Discipline. Di bawah kategori Land, pilih Landsat 7. Pada keywords, pilih Landsat 7 Enhanced Tematic Mapper Plus (ETM+).

Baca Lebih Lanjut di Web GIS dengan mengKlik GIS

Rabu, 22 September 2010

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN

Hendri Sosiawan
Air Tanah
Air tanah merupakan komponen dari suatu sistem daur hidrologi (hydrology cycle) yang terdiri rangkaian proses yang saling berkaitan antara proses atmosferik, proses hidrologi permukaan dan proses hidrologi bawah permukaan (Gambar 1). Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui evaporasi , transpirasi, kondensasi dan presipitasi. Di luar sistem tersebut persoalan air tanah bahkan seringkali melibatkan aspek politik dan sosial budaya yang sangat menentukan keberadaan air tanah di suatu daerah. Siklus hidrologi menggambarkan hubungan antara curah hujan, aliran permukaan, infiltrasi, evapotranspirasi dan air tanah. Sumber air tanah berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, air danau dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke daerah lepasan (discharge area). Menurut Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan aliran air tanah di dalam akuifer dari daerah imbuhan ke daerah lepasan cukup lambat, memerlukan waktu lama bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan yang dilaluinya. Pada dasarnya air tanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui akan tetapi jika dibandingkan dengan waktu umur manusia air tanah bisa digolongkan kepada sumber daya alam yang tidak terbaharukan.
Di dalam tanah keberadaan air mengisi sebagian ruang pori-pori tanah yang bisa dimanfaatkan langsung oleh tanaman pada kondisi kelembaban tanah antara kapasitas lapang sampai titik layu permanen pada posisi zona aerasi. Di bawah zona aerasi terdapat zona penjenuhan yang menempatkan air mengisi seluruh ruang pori-pori tanah yang ada dengan kisaran tebal yang selalu berfluktuasi.
Gambar 1. Siklus hidrologi

Gambar 1. Siklus hidrologi

Debit dan keberadaan muka air tanah pada zone penjenuhan ini sangat dipengaruhi oleh pasokan air dari daerah imbuhan (recharge zone) yang berada di atasnya, semakin banyak pasokan yang diimbuhkan semakin banyak debit yang tersimpan dalam zone ini. Keberadaan air tanah pada zone ini seringkali disebut sebagai air (tanah) bebas. Ketebalan air bebas yang ada dalam tanah bisa mencapai puluhan meter tergantung dari letak lapisan batuan padu (consolidated rock) yang ada di bawahnya. Lapisan batuan padu (batuliat, batupasir, batugamping, batuan kristalin, dan shale) yang mengandung air tanah dalam lubang pelarutan, atau di rekahan batuan (lapisan batuan pembawa air tanah) disebut sebagai akuifer.

Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di bawah water table. Akuifer merupakan suatu lapisan, formasi atau kumpulan formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Potensi air tanah di suatu cekungan sangat tergantung kepada porositas dan kemampuan batuan untuk meluluskan (permeability) dan meneruskan (transmissivity) air. Kelulusan tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air. Air tanah mengalir dengan laju yang berbeda pada jenis tanah yang berbeda. Air tanah mengalir lebih cepat melalui tanah berpasir tetapi bergerak lebih lambat pada tanah liat.

Bagaimana Mengidentifikasinya?

Pengukuran karakteristik air tanah dilakukan dengan menggunakan alat resistivity meter/terameter (Gambar 2). Pengukuran dilakukan di lapangan dengan menentukan titik deteksi terameter berdasarkan jenis tanah, kondisi geologi, dan hidrogeologinya. Untuk ketepatan penentuan titik dan mempermudah deteksi terlebih dahulu dilakukan penentuan posisi titik menggunakan GPS (Geo Posizioning System) selanjutnya dilakukan deteksi untuk menentukan ketahanan jenis semu dan kedalaman overburden dan akuifernya di lapangan. Titik yang dideteksi adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) berada pada hamparan 600 m dengan topografi datar, (b) jauh dari kawat berduri dan besi dalam tanah, dan (c) jauh dari tegangan tinggi.

Terameter bekerja dengan cara menembakkan arus listrik ke dalam tanah dengan memakai elektrode-elektrode ke dalam tanah dan mengambil nilai hambatannya dalam dimensi waktu respon, alat ini dapat menunjukkan material di bawah permukaan bumi pada kedalaman lebih dari 200 meter tanpa melalui pengeboran. Dari data sifat kelistrikan material bawah tanah terutama batuan yang berupa besaran tahanan jenis (resistivity), masing-masing dikelompokkan dan ditafsirkan dengan mempertimbangkan data kondisi geologi setempat yang ada.

Gambar 2.  Alat pengukur air tanah (terameter) dan pengukuran air tanah di lapangan.
Gambar 2. Alat pengukur air tanah (terameter) dan pengukuran air tanah di lapangan.

Perbedaan sifat kelistrikan batuan antara lain disebabkan oleh perbedaan macam mineral penyusun, porositas dan permeabilitas batuan, kandungan air, suhu, dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor di atas, dapat diintepretasikan kondisi air bawah tanah di suatu daerah, yaitu dengan melokalisir lapisan batuan berpotensi air bawah tanah.

Pengukuran besarnya tahanan jenis batuan di bawah permukaan tanah dengan menggunakan metode Vertical Electrical Sounding (VES) dilakukan untuk mengetahui susunan lapisan batuan bawah tanah secara vertikal, yaitu dengan cara memberikan arus listrik ke dalam tanah dan mencatat perbedaan potensial terukur. Nilai tahanan jenis batuan yang diukur langsung di lapangan adalah nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity), dengan demikian nilai tahanan jenis di lapangan harus dihitung dan dianalisis untuk mendapatkan nilai tahanan jenis sebenarnya (true resistivity) dengan metode Schlumberger. Selanjutnya untuk pengolahan dan perhitungan data lapangan untuk mendapatkan nilai tahanan jenis yang sebenarnya, serta intepretasi kedalaman dan ketebalannya digunakan perangkat lunak komputer. Berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya, maka dapat dilakukan interpretasi macam batuan, kedalaman, ketebalan, dan kemungkinan kandungan air bawah tanahnya, sehingga didapatkan gambaran daerah-daerah yang berpotensi mengandung air bawah tanah serta dapat ditentukan rencana titik-titik pemboran air bawah tanah.

Seperti apa hasilnya dan bagaimana memanfaatkan datanya ?

Berdasarkan hasil pengukuran lapang dibuat kurva resistivity semu, kemudian diinterpretasikan dengan memakai software IPI2WIN. Software ini akan menghasilkan resistivitas yang nyata untuk masing-masing lapisan berdasarkan kurva resistivitas semu dengan memakai algoritma Newton untuk meminimalisir regularized fitting error secara otomatis. Hasil interpretasi grafik resistivitas disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil interpretasi grafik resistivitas

Gambar 3: Hasil interpretasi grafik resistivitas

Selanjutnya dapat diidentifikasi jenis lapisan yang merfleksikan lapisan overburden yang bersifat kurang dan tidak lulus air dengan nilai resistivitas berkisar <45> lapisan akuifer yang bersifat lulus air dan mempunyai resistivitas <45>350 Ohm meter.

Secara umum hasil identifikasi air tanah menyajikan gambaran stratifikasi Hidrogeologi dari penampang tanah yang diukur resivitasntya mulai dari lapisan atas ke bawah adalah. Letak kedalaman dan ketebalan dari setiap komponen stratifikasi geologi di setiap blok yang diamati bervariasi yang mencerminkan dinamika letak dan potensi air tanah yang ada di titik pengukuran dan biasanya mempunyai urutan stratifikasi dari lapisan atas kebawah adalah Overbuden, Aquifer1, Aquitard1, Aquifer2 dan Aquitard2 seperti yang diilustrasikan pada gambar 4.

Overburden adalah: lapisan partikel tanah, batuan atau material lainya yang berada di atas batuan induk atau lapisan lain yang mempunyai nilai ilmiah atau nilai ekonomis seperti bahan tambang( emas, batu bara, minyak bumi dan lainya) atau air tanah.

Aquifer adalah lapisan di bawah permukaan tanah yang terdiri dari formasi atau kelompok formasi satuan geologi yang tembus air (permeable) baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dalam jumlah yang cukup banyak.

Aquitard adalah lapisan, formasi, atau kelompok formasi geologi yang lulus air (permable) dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pembatas atas dan bawah suatu lapisan aquifer setengah tertekan (semi confined aquifer).

Berdasarkan letak dan potensinya akuifer dibedakan menjadi akuifer bebas, akuifer setengah tertekan dan akuifer tertekan.

Akuifer bebas adalah akuifer yang mempunyai bidang bagian atas berupa zona tidak jenuh air dan dibatasi oleh muka air bawah tanah. Besarnya kandungan dan luas penyebaran air bawah tanah yang tersimpan di dalam akuifer bebas sangat dipengaruhi oleh iklim terutama curah hujan, relief dan kemiringan lahan, jenis litologi, vegetasi dan kondisi lingkungan, dengan demikian debitnya sangat dipengaruhi oleh keseimbangan antara imbuhan (recharge) dari lingkungan sekitarnya (air hujan dan rembesan samping) dengan volume yang di eksploitasi.

Akuifer setengah tertekan adalah Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.

Akuifer tertekan adalah Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).

Gambar 4: Ilustrasi penampang profil stratifkasi lapisan geohidrologi Kebun Surya Adi

Gambar 4: Ilustrasi penampang profil stratifkasi lapisan geohidrologi Kebun Surya Adi

Gambaran kuantitatif potensi air tanah di setiap lapisan tersebut umumnya disajikan dalam bentuk data tabular seperti yang disajikan pada tabel 1 dan atau data grafik seperti yang disajikan pada gambar 5.


Tabel 1. Hasil pengukuran air tanah yang menunjukkan potensi, kedalaman, ketebalan dan kualitas air tanah

Tabel : Hasil pengukuran air tanah yang menunjukkan potensi, kedalaman, ketebalan dan kualitas air tanah

Gambar 5: Ilustrasi hasil pengukuran air tanah di Kodibangedo, Sumba Barat

Gambar 5. Ilustrasi hasil pengukuran air tanah di Kodibangedo, Sumba Barat

Pemanfaatan data hasil pengukuran air tanah

Data hasil pengukuran air tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan titik lokasi pembuatan sumur bor terutama untuk mengeksploitasi air tanah dalam. Di bidang pertanian penggunaan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer merupakan salah satu pilihan untuk kawasan pertanian yang mempunyai kendala keterbatasan air permukaan. Berdasarkan data hasil pengukuran air tanah, lokasi yang disarankan untuk dilakukan pengeboran adalah air tanah dalam (akuifer tertekan) yang mempunyai kedalaman lebih dari 40 meter, pertimbangannya adalah pada kedalaman tersebut secara hidrogeologi umumnya air tanahnya merupakan air tanah dalam yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fluktuasi air permukaan. Dengan demikian eksploitasi air tanah yang akan dilakukan tidak akan menjadi kompetitor pemanfaatan air untuk keperluan domestik. Untuk mengetahui potensi debit sumur yang akan dieksploitasi dilakukan uji pompa (pumping test) menggunakan pompa irigasi, alat pengukur kedalaman muka air tanah (contack gauge) serta stopwatch.

Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer

Dengan semakin terbatasnya ketersediaan air perrmukaan, pemanfaatan air tanah sebagai irigasi suplementer pada budidaya pertanian menjadi alternatif yang tidak terelakan. Tergantung kandungan potensinya, air tanah tidak hanya dimanfaatkan untuk irigasi suplementer tanaman semusim akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai solusi irigasi untuk tanaman tahunan. Tentu saja agar pemanfaatan air tanah dalam untuk irigasi suplementer menjadi lebih efisien diperlukan dukungan analisis kebutuhan air tanaman untuk mendapatkan saat tanam yang optimal agar defisit air pada fase kritis pertumbuhan tanaman dapat dihindari sehingga dapat ditekan kehilangan hasil pada daerah-daerah yang pasokan airnya terbatas.

Beberapa contoh pemanfaatan air tanah dalam untuk menjamin kesinambungan produksi dan produktivitas antara lain adalah budidaya pertanian terpadu dengan komoditas jagung hibrida, sayuran, pakan ternak dan jarak pagar seluas 5 ha di Desa Bayan, Lombok Nusa Tenggara Barat (Gambar 6). Upaya pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada kebun bibit kelapa sawit PT. Sampoerna Agro, TBK., di Mesuji, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ( Gambar 7) dan pendayagunaan sumberdaya air tanah untuk pengembangan komoditas sayuran, jagung dan kelapa di Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (Gambar 8).

Gambar 6 : Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada budidaya pertanian terpadu dengan komoditas jagung hibrida, sayuran, pakan ternak dan jarak pagar seluas 5 ha di Desa Bayan, Lombok Nusa Tenggara Barat.


Gambar 6. Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada budidaya pertanian terpadu dengan komoditas jagung hibrida, sayuran, pakan ternak dan jarak pagar seluas 5 ha di Desa Bayan, Lombok Nusa Tenggara Barat.

Gambar 7: Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada kebun bibit kelapa sawit PT. Sampoerno Agro, TBK., di Kecamatan Mesuji, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan

Gambar 7. Pemanfaatan air tanah dalam sebagai alternatif irigasi suplementer pada kebun bibit kelapa sawit PT. Sampoerno Agro, TBK., di Kecamatan Mesuji, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Gambar 8. Pendayagunaan sumberdaya air tanah untuk pengembangan komoditas sayuran,  jagung dan kelapa di Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Gambar 8. Pendayagunaan sumberdaya air tanah untuk pengembangan komoditas sayuran, jagung dan kelapa di Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.