Rabu, 29 September 2010

STUDI KASUS EKOSISTEM MANGROVE DI PALABUHAN RATU KAB. SUKABUMI

Benny Yohanes 230210080027

Josua Leo Petra 230210080005

Universitas Padjajaran

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi Ilmu Kelautan

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI PALABUHAN RATU

Wilayah Kabupaten Sukabumi berada pada posisi 6057’-7025’ Lintang Selatan dan 106049’-107000’ bujur timur. Dengan batas wilayah di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Kabupaten Cianjur di sebelah Timur, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Dari letaknya yang berada di pantai selatan Pulau Jawa, membuat Teluk Palabuhan Ratu ini berhubungan langsung dengan Samudera Hindia sekaligus menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai.

Karakteristik umum oseanografi wilayah pesisir Sukabumi adalah kondisi Samudera Hindia, dengan ciri batimetri laut dalam, berombak besar dan keadaan arus yang dipengaruhi oleh pasang surut, angin, densitas serta pengaruh masukan air dari muara sungai. Jika dilihat dari segi karakteristik umum oseanografi wilayah pesisir Sukabumi ini, sangatlah dibutuhkan peran sumberdaya hayati seperti mangrove dan terumbu karang, mengingat fungsi sumberdaya hayati tersebut sangatlah berarti dalam melindungi daerah pesisir pantai Sukabumi dari abrasi laut.

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ada di Kabupaten Sukabumi adalah jenis Xylocarpus sp, Heritiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp.

A. Akar papan (banir)

Pada Xylocarpus granatum dan Heritiera akar horizontal tumbuh melebar ke atas membentuk akar pipih seperti papan. Bagian vertikal berguna untuk aerasi dan berpijak di tanah lumpur (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

B. Akar pasak

Pada Avicennia dan Sonneratia, pneumatofora merupakan cabang tegak dari akar horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Pada Avicennia bentuknya seperti pensil atau pasak, umumnya hanya setinggi 30 cm, sedangkan pada Sonneratia dapat membentuk massa kayu setinggi 3 m, kebanyakan setinggi 50 cm (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

C. Akar penyangga (sangga)

Pada Rhizophora akar panjang dan bercabang-cabang muncul dari pangkal batang. Akar ini dikenal sebagai prop root dan pada akhirnya akan menjadi stilt root apabila batang yang disangganya terangkat hingga tidak lagi menyentuh tanah. Akar ini memiliki pangkal yang luas untuk aerasi dan bertahan di lumpur (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

D. Akar lutut

Pada Bruguiera akar horizontal tumbuh sedikit di bawah permukaan tanah, dan secara teratur dan berulang-ulang tumbuh ke atas lalu kembali ke bawah, sehingga berbentuk seperti lutut yang ditekuk. Bagian di atas tanah (lutut) untuk aerasi dan bertahan di lumpur. (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).

Mangrove tumbuh subur di wilayah pesisir pantai Sukabumi. Seperti keterangan diatas salah satu karakteristik oseanografi Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh masukan air muara sungai. Hal ini menandakan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi bersubstrat lumpur-berpasir. Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara sungai dan substrat ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove.

Hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi tersebar di sepuluh kecamatan yang merupakan kecamatan pesisir, yakni; Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhan Ratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cikepuh Pangumbahan, Cibitung dan Tegal Buleud. Adapun kecamatan yang secara administrasi berbatasan dengan Teluk Palabuhan Ratu diantaranya terdiri dari 5 kecamatan, yakni; Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhan Ratu, Cikepuh Pangumbahan dan Simpenan. Namun potensi koloni hutan mangrove yang terbesar hanya terdapat di kecamatan Cikepuh Pangumbahan, sedangkan di kecamatan lainnya hanya bersifat setempat dengan jumlah pohon mangrove yang sedikit.

ALIRAN ENERGI DAN RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM MANGROVE


Dalam ekosistem mangrove terjadi rantai makanan/aliran energy dan siklus biogeokimia. Daun tumbuhan mangrove (substrat padat) dan fitoplankton (substrat perairan), sebagaimana semua tumbuhan hijau, menggunakan sinar matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi senyawa organik melalui proses fotosintesis. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersama-sama dengan nutrien (Karbon, Nitrogen, Phosfat) yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk tumbuhan. Siklus energi ini secara berantai menjadikan suatu proses makan memakan pada rantai makanan. Berikut ini akan dijabarkan secara terperinci rantai makanan yang terjadi pada ekosistem mangrove;

1. Produsen

Produsen pada mangrove diduduki oleh tumbuhan hijau (substrat padat) dan fitoplankton (substrat perairan) sebagai sumber energi utama (produsen) pada ekosistem mangrove. Tumbuhan hijau dan fitoplankton ini menempati posisi terbawah dan pertama dalam trofik rantai makanan.

2. Konsumen Tingkat Rendah

Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivor yang menempati Konsumen Tingkat Rendah. Konsumen Tingkat Rendah diduduki oleh binatang-binatang averterbrata, contoh; cacing pada substrat padat dan zooplankton pada substrat perairan.

3. Konsumen Tingkat Sedang

Rantai pemangsa Konsumen Tingkat Sedang diduduki oleh hewan yang bersifat karnivor. Konsumen Tongkat Sedang ini berlangsung pada jenis insekta, udang, kepiting, dan ikan.

4. Konsumen Tingkat Tinggi

Rantai pemangsa Konsumen Tingkat Tinggi diduduki oleh manusia yang memanfaatkan ekosistem dari mangrove atau hewan yang bersifat karnivor seperti burung, dan ikan besar.

Tingkatan-tingkatan konsumer pada kedua substrat pada umumnya diurutkan berdasarkan kebiasaan makan dan ukuran dari organisme konsumen. Rantai makanan pada mangrove dipengaruhi oleh kedua substrat yang berlainan pada mangrove tersebut. Tidak menutup kemungkinan peristiwa rantai makanan terjadi pada karnivor substrat padat memakan karnivor substrat perairan ataupun sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa terjadi hubungan antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik.

Referensi Bacaan:

Anonim. 2010. Rantai Makanan Mangrove. http://www.scribd.com/doc/21375964/Rantai-Makanan-Mangrove.

Anonim. 2010. Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. http://komitmenku.files.wordpress.com/2008/06/20040123-karakteristik-sumberdaya-pesisir-dan-laut-kawasan-teluk-palabuhanratu-kabupaten-sukabumi.pdf

Anonim. 2010. Habitat Reliks Vegetasi Mangrove di Pantai Selatan Jawa. http://www.unsjournals.com/D/D0302/D0302pdf/D030206.pdf