Selasa, 19 Oktober 2010

PERTUMBUHAN PENDUDUK

PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK PADA TAHUN TERTENTU

a. Pertambahan penduduk Total

P = ( L - M ) + ( I - E )

Keterangan :P = Pertambahan penduduk

L = Jumlah kelahiran (natalitas) dalam 1 tahun

M = Jumlah kematian (mortalitas) dalam 1 tahun

I = Jumlah pendudukyang masuk (Immigrasi)

E = Jumlah penduduk yang keluar (Emigrasi)

b. Pertambahan penduduk Alami (Natural population increase)

PA = L - M

Keterangan :

PA = Pertambahan penduduk Alami

L = jumlah kelahiran dalam 1 tahun

M = jumlah kematian dalam 1 tahun

c. Pertambahan penduduk Migrasi

PM = I - E

Keterangan :

PM = pertambahan Migrasi

I = jumlah penduduk yang masuk (imigrasi) dalam 1 tahun

E = jumlah penduduk yang keluar (emigrasi)

d. Proyeksi Penduduk

Pt = Po ( 1 + r )n

Keterangan :

Pt = jumlah penduduk tahun terakhir

Po = jumlah penduduk tahun awal

1 = konstanta (angka tetap)

r = tingkat pertumbuhan penduduk (dalam %)

n = selisish tahun

ISTILAH-ISTILAH DALAM GEMPA BUMI

a. Pengertian gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan oleh manusia/alat pada permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga indogen.

b. Berdasarkan penyebabnya

Ø gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan pergeseran lapisan batuan (dislokasi) berupa patahan/retakan.

Ø gempa vulkanik, yaitu gempa yang disebabkan adanya letusan gunung api

Ø gempa runtuhan, yaitu gempa yang disebabkan runtuhnya atap gua yan terdapat di dalam lithosfer. Contoh; runtuhnya terowongan tambang dan gua kapur.

c. Berdasarkan bentuk episentrumnya

Ø gempa linier yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis (linier). Pada umumnya gempa tektonik merupakan jenis gempa linier.

Ø gempa sentral yaitu episentrum gempanya berupa titik. Gempa vulkanik dan gempa runtuhan termasuk episentrum titik.

d. Berdasarkan letak hiposentrumnya

Ø gempa dalam, jika letak hiposentrumnya antara 300 - 700 km

Ø gempa intermidier, jika letak hiposentrumnya 100 - 300 km

Ø gempa dangkal, jika letak hiposentrumnya kurang dari 100 km

Istilah-istilah dalam Gempa bumi :

1

Seismologi

:

ilmu yang mempelajari gempa bumi

2

Seismograf

:

alat pencatat gempa

3

Seismogram

:

hasil gambaran seimograf yang berupa garis-garis patah

4

Hiposentrum

:

pusat gempa di dalam bumi

5

Episentrum

:

tempat di permukaan bumi/permukaan laut yang tepat di atas hiposentrum. Pusat gempa di permukaan bumi

6

Homoseista

:

garis khayal pada permukaan bumi yang mencatat gelombang gempa primer pada waktu yang sama

7

Pleistoseista

:

garis khayal yang membatasi sekitar episentrum yang mengalami kerusakan terhebat akibat gempa

8

Isoseista

:

garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama

9

Mikroseista

:

gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat diketahui hanya dengan menggunakan alat gempa

10

Makroseista

:

gempa yang terjadi sangat besar kekuatannya, sehingga tanpa menggunakan alat mengetahui jika terjadi gempa

e. Cara menentukan letak episentrum

i. Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista. Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat di permkaan bumi yang mencatat getaran gempa pertama pada waktu yang sama. Jika kota A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada jam 10.31.56. berarti ketiga tempat itu terletak pada homoseista. Untuk mencari episentrumnya hubungkan PQ dengan sebuah garis, demikian juga QR, kemudian buatlah garis sumbu kedua garis itu, maka titik potong kedua garis sumbu itulah tempat episentrum yang dicari.

ii. Dengan menggunakan hasil pencatatan 3 seismograf, orang dapat menentukan letak episentrum gempa. Seismograf yang digunakan yaitu seismograf vertikal, seismograf horisontal (dipasang barat timur), dan seismograf horisontal (dipasang utara selatan).

iii. Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat episentrum.

Untuk mengetahui jarak episentrum suatu gempa dapat menggunakan rumus Laska:

A = ( S - P ) - 1 menit x 1000 km

A = jarak episentrum dari stasiun pencatat gempa

S = waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang sekunder tercatat di stasiun

P = waktu yang menunjukkan berapa gelombang primer tercatat di stasiun

1 menit (ketetapan)

1000 km (ketetapan)

SIKLUS BATUAN

PENDEKATAN GEOGRAFI

A. Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan adalah suatu metode analisis yang menekankan pada eksistensi ruang yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan manusia.

Contoh :

Pada musim hujan Jakarta banjir, karena tiada sejengkal tanahpun yang dapat untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan selain itu penduduknya membuang sampah di saluran air.


B. Pendekatan Ekologi/kelingkungan

Pendekatan ekologi (ecological approach) merupakan metodelogi untuk mendekati , menelaah dan menganalisis suatu gejala atau masalah geografi dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya.

Contoh :

Daerah Jakarta banjir karena hutan didaerah Bogor/puncak terjadi penggundulan hutan


C. Pendekatan Kompleks Wilayah

Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaita dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan komplek antar wilayah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.

Contoh :

Untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan menggalakkan penghijauan.

Konsep Geografi

Konsep adalah pengertian-pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapkan atau menggambarkan corak abstrak fenomena essensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen penting dalam memahami fenomena yang terjadi.

1. Konsep Lokasi

Terdapat dua pengertian lokasi yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Yang dimaksud dengan lokasi absolut adalah lokasi yang berhubungan dengan posisi menurut koordinat garis lintang dan garis bujur. Contoh : Indonesia terletak diantara 60 LU-110 LU dan diantara 950 BT-1410 BT.

Sedangkan yang dimaksud dengan lokasi relatif adalah lokasi berdasarkan lingkungan sekitarnya. Contoh : Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australia.

2. Konsep Jarak

Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu(jarak tempuh).

3. Konsep Keterjangkauan/Accessibility

Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan kondisi tempat. Misalnya, suatu daerah pedalaman yang hanya terdapat jalan setapak tentu merupakan daerah yang sulit dapat dijangkau.

4. Konsep Pola

Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.

5. Konsep Geomorfologi

Yang dimaksud geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi merupakan obyek studi geografi.

6. Konsep Aglomerasi

Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat perdagangan dan daerah pemukiman.

7. Konsep Perbedaaan Wilayah

Terdapat perbedaan antara wilayah satu dengan wilayah lain. Perbedaan ini kemudian menimbulkan suatu hubungan atau interaksi suatu wilayah dengan wilayah lainnya.

8. Konsep Nilai Kegunaan

Nilai kegunaan suatu sumber bersifat relatif.

Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.

9. Konsep Interaksi

Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih tehnologi.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan

Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur dengan kesulitan air.

Minggu, 17 Oktober 2010

Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

  • Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
  • Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
  • Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Sumber: http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htm

SIKLUS HIDROLOGI

Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali.

Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat (zone) jenuh di bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari stomata daun.

Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai.

Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.

Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal vegetasi, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim.

Soemarto, 1987)

Siklus Hidrologi (Sumber : Soemarto, 1987)

Gangguan Siklus Hidrologi Picu Banjir dan Kekeringan

Kapanlagi.com – Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan, karena air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi “air larian”, kata pakar air Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Budi Santosa.

“Beban yang harus diterima saluran atau sungai di hilir menjadi lebih besar. Gangguan seperti ini bisa dilihat pada karakteristik sungai yang memiliki fluktuasi aliran cukup besar,” katanya.

Ia menjelaskan pada musim hujan debit aliran air sungai sangat besar bahkan terlalu besar, tetapi pada musim kemarau debit aliran air sungai sangat kecil bahkan kering sama sekali. Idealnya fluktuasi aliran sungai tidak terlalu besar atau hampir seragam.

Aliran air sungai pada musim kemarau berasal dari air di dalam tanah yang keluar dari mata air. “Kontribusi terbesar aliran sungai pada musim kemarau sebenarnya dari mata air,” katanya. Ia menduga banjir disebabkan menurunnya kapasitas saluran atau sungai akibat proses sedimentasi, buangan sampah atau bangunan air yang menghambat aliran.

Banjir yang terjadi di musim penghujan, karena sebagian besar air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dialirkan sebagai “air larian” yang akan terbuang percuma ke laut. “Ekses yang ditimbulkan adalah berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah yang berarti bahwa simpanan air di dalam tanah juga akan berkurang.”

“Padahal simpanan air tersebutlah yang memberikan kontribusi terhadap aliran air pada mata air dan sungai pada musim kemarau,” katanya. Banjir dan kekeringan yang sering terjadi hampir setiap tahun khususnya di Jawa Tengah, telah menunjukan adanya kerusakan lingkungan dalam skala yang cukup luas.

Banjir dan kekerangan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa mendatang. Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah meningkatkan besaran resapan air ke dalam tanah yang antara lain bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian hutan dan menghambat laju “air larian” melalui pembuatan sumur resapan.

“Air hujan sebelum masuk ke saluran dibelokan terlabih dahulu ke sumur resapan sehingga kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar,” kata Budi Santosa. (*/tut)

Sumber: Kapanlagi.com, Kamis, 17 Februari 2005 09:29

Jumat, 08 Oktober 2010

Dec 3, '08 9:09 AM for everyone EROSI, DAMPAKNYA,DAN UPAYA MENGURANGI EROSI

Oleh: Rudiono

Pendahuluan
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).
Berkaitan dengan hal ini, maka ada istilah erosi normal dan erosi dipercepat.
1. Erosi Normal (normal erosion)
Adalah erosi yang terjadi secara alami bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi tersebut berlangsung normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia. Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu:
Pertama, agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga membentuk butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya. Kedua, terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui penghanyutan dan atau karena kekuatan angin. Ketiga, setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai.
Erosi karena alam (normal) biasanya tidak banyak berdampak buruk bagi kehidupan manusia juga kesembangan alam. Kemungkinan apabila terjadi intensitasnya kecil saja, karena partikel yang terangkut seimbang dengan banyaknya jumlah tanah yang terbentuk pada daerah yang lebih rendah itu.
2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion)
Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi secara cepat. Biasanya erosi ini menimbulkan ketidakseimbangan antara tanah yang terangkut ke daerah yang rendah dengan pembentukan tanah. Tanah yang terpindahkan jauh lebih besar jumlahnya daripada tanah yang baru terbentuk, sehingga akan membawa malapetaka yang karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, longsor, kekeringan, ataupun turunnya produktifitas tanah. Untuk itu perlu adanya penanggulangan dari kita sendiri maupun dari pemerintah dengan cara penanaman pohon pelindung dalam upaya reboisasi, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang belum matang itu.
Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Stres yang bekerja pada permukaan tanah atau dasar perairan sebanding dengan kecepatan aliran. Resistensi tanah atau sedimen untuk bergerak sebanding dengan ukuran butirnya. Gaya pembangkit eksternal yang menimbulkan erosi adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung utamanya pada tutupan lahan. Penguatan pertahanan terhadap erosi dapat pula dilakukan dengan upaya-upaya kerekayasaan.
Erosi yang terjadi pada setiap wilayah akan berbeda beda tergantung dari kondisi iklim dan faktor lain yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Indonesia tergolong daerah yang beriklim tropis lembab, sehingga erosi yang terjadi disebabkan karena penghanyutan oleh air. Ini berdasarkan data rata-rata curah hujan di Indonesia yang melebihi 1500mm/tahun. Sedangkan pada daerah yang beriklim tropis kering agen utama yang mempengaruhi erosi adalah angin. Untuk Indonesia sendiri, akibat dari erosi banyak terjadi diberbagai daerah dengan macam-macam bentuknya.

Faktor Faktor Penyebab Erosi
Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:
1. Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2. Tanah
Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).

3. .Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

Bentuk Bentuk Erosi
Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated. Seperti pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh iklim dan faktor manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air” menyebutkan bentuk-bentuk erosinya adalah:
1. Sheet Erosion (erosi lembaran)
Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah. Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian permukaan tanah.
2. Rill Erosion (erosi alur)
Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian bawahnya lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang kebawah, alur ini adalah dangkal.
3. Gully Erosion (erosi parit)
Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang sudah terbentuk.
Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat menyebabkan pemadatan tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence & Peter,1988:16)
4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)
Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi tebing.

Menurut Hudson besarnya erosi maksimal yang dapat dibiarkan adalah berkisar antara 2,5 – 12,5 ton per hektar per tahun. Laju erosi diberbagai DAS saat ini relatif tinggi. Misalnya sub-DAS Ciliwung Hulu, secara kumulatif laju erosi yang terjadi adalah 19,3 ton/ha/th dengan indeks erosi sebesar 1,29 (>1) yang berarti bahwa ditinjau dari segi erosi DAS tersebut dalam kondisi jelek (Arief Guritno dkk,2003). Kita hanya bisa menghambat berlangsungnya erosi tetapi tidak bisa mencegah sama sekali terjadinya erosi tersebut. Penghambatan tersebut adalah sangat tergantung pada aktivitas dan kebijaksanaan kita pula (G Kartasapoetra dkk,1991:60).

Pengaruh Yang Ditimbulkan Oleh Erosi
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site) dan dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
Sumber: Jung L (1953)
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
 Pelumpuran dan pendangkalan waduk
 Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
 Memburuknya kualitas air, dan
 Kerugian ekosistem perairan

Upaya Mengurangi Erosi
Seperti pada bagian sebelumnya, bahwa erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia. Walaupun sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bias berbuat apa-apa dalam mengurangi terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti itu, tinggal kesadaran masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan ialah:
Pertama, kita sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul dan menyerang kita sendiri. Kedua, jangan merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti dengan pohon baru. Ketiga, lakukan pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat sengkedan-sengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar. Keempat, menghijaukan kembali (reboisasi) dan konservasi hutan-hutan yang telah gundul akibat keserakahan manusia.
Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan dan vegetasi hujan membantu menahan tanah. Saat pepohonan ditebangi, tak akan ada lagi penahan penahan apapun yang melindungi tanah dan tanahpun akan cepat terbawa hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu alangkah baiknya mulai dari sekarang kita pikirkan dampak erosi yang yang telah menimpa kita saat ini dan jangan sampai lagi terulang dimasa yang akan dating. Dengan menyadari hal tersebut kita juga harus segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi terjadinya erosi.

REFERENSI
A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta:Bumi
Aksara
Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Bandung: www.ftsl.itb.ac.id
Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai Alternatif Upaya Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB
G Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka Cipta
Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press